Keunikan Barapan Kebo Jadi Sumber Pariwisata Pikat Banyak Wisatawan
Keunikan Barapan Kebo Jadi Sumber Pariwisata Pikat Banyak Wisatawan
Oleh: Nurul Fajariah
Indonesia dengan kata multikultural pastinya
sudah tidak asing lagi. Sangat banyak kekayaan bumi pertiwi ini hingga mampu
menghipnotis siapa saja yang penasaran dengannya. Jadi tak heran, Indonesia
menjadi salah satu di antara banyak negeri yang dipilih
orang-orang sebagai tempat pariwisata favorit. Mulai dari pantainya, gunungnya,
bukitnya, lautnya, dan sebagainya. Bukan hanya itu, budayanya pun bak memanjakan mata para penikmatnya
yang datang ke Indonesia. Maka dari itu, budaya-budaya di Indonesia bisa
menjadi pariwisata unik menarik wisatawan.
Namun ada sebuah fakta yang tidak mengenakkan bahwasanya tradisi-tradisi atau budaya-budaya di Indonesia kini sudah
mulai surut terkikis oleh budaya populer yang lebih memikat selera masyarakat luas. Terbukti dari banyaknya acara yang lebih menampilkan
budaya populer daripada budaya lokal. Karena itu, kita
harus bisa mengambil suatu peluang baik untuk melestarikan budaya-budaya dengan
memperkenalkan kepada masyarakat khususnya warga lokal Indonesia.
Contoh dari salah satu daerah Nusantara yang
memiliki budaya-budaya tak kalah unik dari daerah lainnya yakni pulau Sumbawa.
Berada di provinsi Nusa Tenggara Barat dan terletak di antara dua daerah indah
yakni Lombok dan Bima membuat daerah ini memiliki potensi untuk memikat
wisatawan. Seperti halnya pulau Lombok yang pariwisatanya berhasil menembus
wisatawan tingkat internasional. Sudah banyak orang-orang yang pernah mendengar
atau mengetahui letak pulau Sumbawa ini disebabkan karena temannya yang berasal
dari sana, menontonnya dari film, mempelajarinya di pelajaran atau pernah
terlibat dengan pulau ini. Namun sekilas, mereka hanya mengetahui namanya saja,
karena hasil survei yang sudah disebarkan, mereka tahu, namun masih bingung hal
apa yang terkenal di sana.
Kebudayaan ialah semua hasil cipta, rasa dan
karya masyarakat yang mempunyai ciri khasnya masing-masing hingga bisa
menjadikan sebuah identitas diri daerah yang harus bisa dilestarikan, termasuk
juga pulau Sumbawa. Warga suku Samawa ini biasa hidup pada bidang pertanian,
menanam padi di sawah masih menggunakan peralatan tradisional dan memelihara
sapi atau kerbau untuk membajak sawah. Hingga suatu kebudayaan yang erat dengan
pertanian di Sumbawa ini pun tercipta dan sering disebut dengan tradisi barapan
kebo.
Barapan kebo ialah suatu permainan masyarakat
agraris di Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Ada tiga poin penting dalam permainan
ini yakni joki, kerbau dan saka. Joki akan menunggangi kerbau di atas lumpur
dan menjaga keseimbangan atas lajunya kerbau. Kerbau berlari sangat kencang
untuk sampai ke tiang saka di mana tiang ini merupakan tanda finish dari permainan ini. Menjaga
keseimbangan agar tidak terjatuh dan mengendalikan kerbau menjadi tantangan
untuk peserta atau joki. Apabila berhasil akan ada hadiah tertentu dari panitia
dan kerbau yang menang apabila dijual akan melebih harga dari kerbau biasa
hingga mencapai harga 100 juta.
Permainan ini pastinya mempunyai fungsi dan makna
yang terkandung bagi kehidupan masyarakat Sumbawa. Fungsi
dari barapan kebo ini sendiri yakni dapat menyuburkan tanah di dalam
pengelolaan sawah karenakan jenis tanah pada umumnya di Sumbawa ini bersifat
liat dan pemeliharaan hewan kerbau. Maknanya yakni sebagai ucapan syukur
masyarakat kepada pencipta, ajang silaturahim, sportivitas dan kesatriaan, ekspresi seni, dan pelestarian lingkungan hidup.
Permainan ini dilaksanakan di berbagai acara kebudayaan khas Sumbawa yang
biasanya diadakan setiap tahun.[1]
Konon katanya, sebelum barapan kebo berkembang
seperti sekarang, barapan kebo ini dilaksanakan dalam ajang perlombaan
pertarungan ilmu antara joki dan sandro (dalam bahasa Sumbawa artinya dukun)
yang menjaga saka atau garis finish.
Jadi, joki yang mengendarai kerbau akan melaju mencapai saka dan sandro yang
berada di sekitar saka akan mengganggu kerbau seperti membelokan arah lari atau
menjatuhkannya. Namun joki dan kerbau memiliki sandro juga yang mempertahankan
agar tidak terkena ilmu. Di sinilah perang ilmu dimulai, sekarang barapan kebo
tidak lagi digunakan sebagai perang ilmu.[2]
Barapan kebo sekarang lebih sering memikat
wisatawan untuk menyaksikan permainan ini saat berkunjung ke Sumbawa. Bahkan
ada beberapa hotel di Sumbawa yang menjadikan permainan rakyat ini sebagai
paket wisata untuk para tourist. Barapan kebo merupakan bagian dari aset
kebudayaan Sumbawa yang menjadi ciri khas nusantara yang harus dilestarikan
agar tradisi unik seperti ini tidak terkikis zaman. Dapat dikatakan bahwa
budaya ini sudah berhasil dilestarikan, terbukti masih sering dimainkan sampai
sekarang oleh para pemuda-pemuda dan bahkan sampai masuk ke dalam
festival-festival yang ada di Sumbawa seperti festival Moyo dan festival
Taliwang yang mendobrak nama barapan kebo dikalangan wisatawan asing.
Walaupun seperti itu, hasil survei yang telah saya sebar menyatakan bahwa dari 23 orang yang berasal dari
Sumbawa, Lombok, dan Jawa terdapat 65,2% mengetahui dan pernah mendengar apa
itu tradisi barapan kebo sedangkan 34,8% masih tidak mengetahui dan tidak
pernah mendengar nama barapan kebo. Banyak sekali tebakan-tebakan dari mereka
tentang barapan kebo saat mendengar nama ini. Antara lain ada yang berspekulasi
bahwa barapan kebo adalah karapan sapi dari Madura atau mengira hal ini adalah
sebuah taman rekreasi.
Dari hasil survei tersebut disimpulkan bahwa masih ada beberapa yang belum mengetahui
tentang barapan kebo walaupun budaya ini sudah sering masuk dalam
festival-festival besar yang dihadiri oleh wisatawan asing. Barapan kebo ini sudah
diprediksi akan masuk 100 Event Wonderfull Nasional yang dikenal dengan nama
SAKA Buffalo Race World Championship
mengingat bahwa tradisi ini memiliki keunikan dan nilai budaya yang tinggi.
Namun, bila wisatawan asing lebih tahu daripada bangsa sendiri seakan-akan
hanya tourist yang penasaran dengan
budaya yang ada di Indonesia. Kemungkinan hal ini terjadi karena memang kurang
gencarnya usaha kita untuk memperkenalkan hal ini kepada khalayak. Koordinator Calender Of Event (COE) kemenpar, Ratna
menyatakan bahwa kebudayaan ada di Indonesia masih terlihat transparan.
Termasuk salah satunya budaya di pulau Sumbawa ini, potensinya masih perlu
disebarluaskan lagi dan diperkenalkan bahwa Indonesia masih kaya akan budaya.[3]
Jadi, karena keunikan dari tradisi barapan
kebo ini kita dapat memikat lebih banyak wisatawan. Tidak hanya dari wisatawan
asing, namun masyarakat lokal juga harus mengetahui budaya unik ini. Terdapat
nilai-nilai yang tinggi serta makna-makna yang dalam untuk kehidupan masyarakat
pulau Sumbawa. Selain kita bisa melihat keseruannya, kita dapat mengambil nilai
kehidupan tinggi di sana.
Oleh karena itu, untuk memperkenalkan
kebudayaan ini, kita perlu mencoba lebih gencar lagi. Tidak hanya difokuskan
kepada wisataan asing, masyarakat lokal pun perlu mengetahui hal ini. Bila
sekarang barapan kebo sering masuk dalam festival-festival besar di pulau
Sumbawa, maka harus ada perkembangan untuk mengikuti barapan kebo ini ke kanca
nasional. Seperti event-event besar di Indonesia bahkan sampai bisa menembus luar
negeri. Melakukan promosian atau membuat sejenis pamflet untuk disebar ke
sosial media. Maka dari itu, semangat pemuda-pemuda sangat diharapkan lebih
banyak untuk bisa melestarikan budaya-budaya Indonesia untuk menjadi pariwisata
unik seperti barapan kebo hingga sampai kepada generasi ke generasi
selanjutnya.
[1] Abdurrozaq, “Skripsi: Perancangan Promosi Barapan Kebo
Sebagai Wisata Budaya Kabupaten Sumbawa Melalui Desain komunikasi Visual”,
(Surakarta: Universitas Sebelas Maret, 2011), hlm. 10.
[2] Ranis Oktaviani, “Mengenal Tradisi Barapan Kebo Di
Kabupaten Sumbawa”, Jurnal Pendidikan Mandala, Vol. 4, No. 5, Desember 2019,
Hlm. 88.
[3] Suara NTB.com, “Barapan Kebo Akan Masuk 100 Event
Nasional”. September-2018. https://www.suarantb.com/barapan-kebo-akan-masuk-100-event-nasional/ <diakses pada tanggal
24 November 2020>
Komentar
Posting Komentar